"Ya Allah, Berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkan kami dari siksa Neraka"

Selasa, 23 Februari 2010

Perjalanan Ziarah ke Banten

Kemaren lusa tanggal 21 Februari 2010 aku dan keluarga pergi berziarah ke Makam para Wali Allah, di mulai dengan bangun pagi setelah sholat subuh aku dan keluarga mulai dengan persiapan munuju rumah kakak iparku yang tidak jauh dari rumahku, semua berkumpul disana dan setelah lengkap semua yang akan ikut, baru kita pergi bersama-sama ke sana.

Jam 7.00 wib kita mulai berangkat naik ELF menuju tempat yang kita rencanakan. Kendaraan sudah mulai melaju menuju Bintaro untuk sementara mengisi bensin untuk bekal persediaan selama perjalanan pulang pergi, lalu kita masuk tol pondok aren menuju Merak.

Sesampainya ditempat tujuan kita semua munuju tempat yang dituju yang pertama yaitu Makam syeh Hassanuddin, banyak sekali ibu-ibu yang dikatakan “ berdagang uang recehan” atau apalah itu namanya, karena dengan menukarkan uang yang kita miliki ke dalam bentuk recehan untuk dibagikan sedekah kepada orang-orang yang sepanjang jalan menuju makan untuk diberi sedekah, entah ini kebiasaan atau kebudayaan turun temurun atau emang keharusan aku juga tidak tahu, dengan membagikan uang recehan seratus rupiah kepada anak-anak yang berkerumunan meminta-minta sedekah dan ibu-ibu tua maupun muda serta kotak-kotak amal yang diteriak-teriakin agar dibagi sedekah recehan, namun demikian ribuan orang yang hadir disana memberi sedekah dengan rasa bahagia. Setelah tiba dipintu makan, berduyung duyung orang yang datang berziarah antri untuk masuk, menunggu penziarah yang sebelumnya masih berdoa didalam. Aku mengikuti keluarga untuk masuk ke makan Syeh Hassanuddin, setelah berada didalam makam kami semua yang sudah masuk dipersilahkan untuk duduk dan do’apun dimulai, selama berdo’a tidak ada hentinya beberapa orang meminta sedekah recehan dengan menggunakan wadah keranjang kecil. Doa dilakukan tidak begitu lama sekitar Lima menit-an, setelah itu rombongan keluar dan digantikan oleh rombongan yang antri kemudian.

Kami keluar dengan desak-desakan anak-anak tepaksa di pegang erat, sepanjang jalan lorong keluar banyak penjaja hiasan anak-anak, mainan dan makanan, aku membeli telur asin dengan harga Rp. 1,500 per biji yang aku rasa harganya cukup murah dari pada harga telur asin yang di Jakarta sekitar Rp. 2,750-Rp.3,000.

Setelah tiba diluar kami mampir kesalah satu warung yang ada didepan parkiran, disana kami beristirahat sambil memberi makan anak-anak yang ikut dalam perjalanan, cukup lumayan enak dan murah makanan yang ada di sekitar makam ini.

Gerbang Makam Syeh Maulana Yusuf

Perjalanan kami lanjutkan lagi menuju makam Sultan Banten II, Syeh Maulana Yusuf, Serang Banten, makam ini letaknya tidak terlalu jauh dari Makam Syeh Hasanuddin. Memasuki makam melewati pintu yang lebih luas dari tempat makam sebelumnya, kami semua masuk tanpa antrian, sesampai didepan makam kami berdoa bersama-sama, banyak juga yang datang, sepertinya dari rombongan pengajian-pengajian, dilihat dari seragam yang mereka pakai. Dimakam ini aku melihat Al-Quran kuno yang ditulis dengan menggunakan tulisan tangan. Tulisan itu begitu indah bayangkan saja sudah berapa abad itu Alquran tapi tulisannya masih terlihat jelas. Dimakam ini juga kita semua tidak lama karena kita akan menuju makam berikutnya.

Al-Quran Tulisan tangan                              Makam Syeh Maulana Yusuf

Tujuan kita berikutnya adalah Makam Syeh Muhammad Soleh bin Abdurrahman yang letaknya ada dia atas gunung yang dinamakan Gunung Santri. Ditempat ini juga banyak sekali orang yang berziarah, walaupun harus mendaki gunung para penziarah berbondong-bondong naik, sesekali mereka istirahat di bangku-bangku pingiran yang disediakan oleh masyarakat yang berdagang disekitar kaki gunung tersebut. Sesampainya di atas makam tersebut hanya terdiri dua pintu, yaitu pintu masuk dan pintu keluar. Di pintu masuk antrian sudah memadati, ketika pintu dibuka terjadilah saling dorong mendorong aku masuk sambil memeluk kemanakanku yang baru duduk di kelas III, hati ini agak gusar juga pada saat mau masuk, melihat banyaknya orang yang saling dorong aku takut kemanakanku terjepit, tapi akhirnya aku masuk juga, didalam aku melihat satu makam yang lumayan panjang dari makam sebelumnya, didinding makam tertulis nama Syeh Muhammad Sholeh, sama seperti makam sebelumnya kita berdoa bersama, juga hanya sebentar saja, setelah itu kita keluar, seperti masuk tadi dengan berdesak-desakan dan saling dorong karena dari pintu masuk sudah banyak yang masuk rombongan berikutnya.

Gunung Santri

Setelah berada diluar makam kita semua mampir ke sebelah warung yang berada persis disebelah makam, disini anak-anak bisa belanja makanan baso, gado-gado, peyek kacang, teh manis dll. Dan yang lainnya bisa mengerjakan Sholat Zuhur di Musholah yang ada persis di depan pintu keluar makam dengan membayar seribu rupiah untuk mengambil air wudhu. Setelah istirahat sekitar setengah jam lalu perjalanan akan kita lanjutkan ke makam yang lain tetapi ketika kita semua telah berkumpul, anakku dan anak kakak iparku tidak ada, kami panik semuanya karena sebelumnya anakku cuma pamit mau pipis tetapi setelah kita keliling mencari dan bertanya keorang-orang sekitar tidak ada yang tahu, hatiku cemas sekali saat itu, aku dan suamiku berpencar mencari juga kakak iparku serta yang lainnya. Aku berfikir mungkin anakku sudah turun gunung lebih dahulu, tapi yang lain mengatakan tidak mungkin, walau aku cemas tapi ada ketenangan dihatiku bahwa anakku tidak mungkin pergi kemana-mana. Kakak iparku lebih dulu sampai dibawah dengan komunikasi via HP aku tanya padanya apakah sudah menemukan anak-anak kami, dia menjawab” tidak ada dibawah “ pada saat aku mendengar jawaban tersebut disini baru hatiku mulai gundah dan deg..degan aku lansung telephone suamiku yang masih berada diatas sedang aku berada dipertengahan jalan menuju kaki gunung dengan nada sedih aku katakan bahwa anakku tidak ada di bawah, suamiku lalu mengatakan udah tenang aja abang cari terus sekitar sini.

Pemandangan dari atas Gunung santri

Tidak berapa lama kakak iparku kembali menelpone dan mengatakan anakku dan anaknya sudah ketemu dibawah, rupanya mereka turun gunung berdua mengikuti orang-orang kemudian bermain berdua. Tapi sudahlah mendengar mereka sudah ketemu hatiku lega aku berlari kearah anakku dan aku mengatakan padanya agar tidak meninggalkan rombongan karena nanti bisa hilang dan membuat cemas hati orang tua. Anakku dengan tertunduk minta maaf. Perjalananpun kemudian kita lanjutkan kembali.

Sebenarnya masih ada dua makam lagi yang akan kita kunjungi tetapi dikarenakan hari sudah menjelang petang, dan kelamaan mencari anakku kita memutuskan pergi ke tujuan terakhir yaitu tempat yang bisa disebut orang “Batu Quran”. Setalah sampai disini aku dan rombongan turun melewati anak tangga tidak terlalu jauh dari jalanan dimana kendaraan kami parkirkan. Aku melihat danau kecil yang “katanya” disinilah letak batu quran tersebut, tetapi karena air danau itu lagi tinggi sehingga batunya tidak kelihatan, aku tidak begitu tau mengenai sejarah batu quran ini karena aku juga baru pertama kali ke sini, Ketika anakku melihat air danau tersebut ia langsung ingin mandi, karena banyak juga yang mandi, tetapi anakku tidak mau mandi sendiri dia minta ditemani baba’nya. Walaupun tadinya suamiku tidak ingin mandi tapi karena didesak oleh anakku akhirnya iapun mandi juga, tidak begitu lama suamiku dan anakku sudah keluar dari tempat pemandian tersebut karena airnya yang begitu dingin, anakku sampai menggigil kedinginan. Danau tempat pemandian ini dipisahkan dua tempat yaitu pemandian untuk pria dan pemandian untuk wanita tertutup tembok tinggi.

Mata air "Batu Quran"

Setelah semua berkumpul kamipun berencana ingin pulang, tapi sekali lagi kami mampir di warung dekat situ karena anakku ingin makan nasi uduk yang satu bungkusnya seribu rupiah, anakku makan sampai delapan bungkus, mungkin karena habis mandi dan dingin jadi nafsu makannya meningkat, sambil menunggu anakku makan, aku bertanya ke ibu penjual nasi uduk tentang mengapa banyak yang mandi di danau kecil yang menurutnya air itu berasal dari mata air dan tidak pernah surut, menurutnya cerita-cerita terdahulu bahwa siapa yang mandi disini akan mendapat berkah, itu menurut kepercayaan mereka selama ini, wallahu’alam.

Setelah semua berkumpul kami pun bersegera untuk pulang. sebelum naik kekendaraan rombonganku mampir membeli oleh-oleh. Dan menjelang magrib kamipun berangkat pulang dengan diiringi hujan gerimis disepanjang jalan.