Tak terasa sudah setahun semenjak kepergiannya keharibaan yang Kuasa, tak terasa waktu begitu cepat berlalu, hari demi hari terlewati, sedih dan kehilangan masih membekas dihatinya, tapi apa mau dikata semuanya milik-Nya dan akan kembali kepada-Nya, kita manusia hanya menunggu giliran yang berikutnya, inilah segores cerita tentang kemanakanku yang meninggal pada usia 1 tahun 11 bulan yang bernama Muhammad Aiditya Miftah Hafiz.
Minggu lalu Adikku Aidil ayah dari kemanakanku tersebut diatas, mampir kerumahku pada saat menjelang Magrib, dia pulang kerja dengan naik kereta Api, setelah selesai shalat, aku mulai melihat foto-foto yang tersimpan di laptop anakku, pada saat itu tangganku terhenti pada foto ananda miftah, dari sini mulai tergulir kembali cerita mengenai kemanakanku, dengan airmata yang mengambang Aidil mulai berkata, "kak jangan dihapus fotonya ya, biarkan dia menjadi kenaganku". aku katakan pada adikku bahwa foto ini tidak akan pernah kakak hapus. Dia mulai mengingat kembali setahun yang lalu tentang kejadiannya. Adikku mulai bercerita."kak, Aidil ingat, sehari sebelum kepergiaannya, hati Aidil terasa sedih, sakit sekali didada ini tapi pada saat itu Aidil ngak tau apa yang akan terjadi karena si Miftah sehat-sehat saja, sedih itu sangat menusuk hati hingga Aidil berkata pada Allah, ya Allah ada apa ini? mengapa hatiku sedih sekali apa yang akan terjadi? ya Allah jika ini yang terbaik bagi-Mu aku Rela dan Ikhlas itu bisik hatiku".
Sesampai Aidil dirumah, tidak ada terjadi apa-apa, biasanya Aidil langsung mengendong si Miftah dan bercanda dengannya. namun menjelang malam Aidil mulai bingung karena dia tidak mau bobo, ketika Aidil suruh tidur dia tetap tidak mau, tiba-tiba menjelang tengah malam badannya panas dan dia menunjuk ke langit-langit rumah sambil menangis. hati Aidil sedih sekali melihat keadaan ini, Aidil langsung mengambil inisiatif untuk membawanya dengan segera ke klinik terdekat. setelah menerima obat-obatan dari klinik tersebut Aidil segera pulang, namun tangis si Miftah tak terhenti, dia tetap menangis, Aidil tak tau apa yang ia rasakan karena diapun tidak mengatakan apa yang dia rasakan. Aidil dan Ibunya bingung hingga akhirnya aku telphone kakak.
Setelah pembicaraan lewat telphone kakak mengatakan agar dibawa ke RS yang lebih besar untuk dirawat, Aidil dengan segera membawanya ke RS yang dituju, tapi apa yang Aidil dapat dirumah sakit tersebut, belum sempat mereka memeriksa anakku mereka menyurukku membawa anakku ke RS yang lain. dengan alasan kamar yang ada diRS tersebut penuh. Dengan rasa cemas dan sedih aku bawa anakku ke RS yang lainnya. Alhamdullillah dokternya menangani secara cepat, anakku langsung diperiksa, tapi sekali lagi perasaanku terkoyak, dokter tersebut menyuruhku membawa dengan segera anakku ke RS yang lain yang lengkap peralatannya, karena menurut dokter tersebut ada ganguan pencernaan di perut anakku dan harus ditangani di RS yang lengkap peralatannya. Hatiku mulai galau saat itu, pertanda apa ini, mengapa semua RS yang aku datangi seolah tak menerima anakku. namun prasangka buruk itu aku tepis dari fikiranku. aku harus menyelamatkan anakku, dengan cepat aku pindahkan anakku kerumah sakit yang lainnya.
Sesampainya disana anakku langsung masuk UGD, cukup cepat kerja dokter-dokter disini, mereka menangani dengan baik. aku ingat pada saat itu kakak masih diperjalanan menuju rumah sakit. "Iya kataku". dan aku menyambung ceritanya. pada saat itu kakak ingat, kakak langsung ke dokter dan menanyakan apa sebenarnya yang dirasakan oleh Miftah, dokter mengatakan bahwa adanya kelainan di lambung dan masalah dipencernaannya, yang membuat kakak kaget adalah pada saat Dokter mengatakan bahwa ananda miftah ada history berhenti nafas, pada saat itu jam menunjukkan pukul 4 pagi, kakak pegang tangan si Miftah, dia lalu mengengam tangan kakak dengan erat seolah tak ingin untuk melepaskannya, kakak katakan padanya "miftah ini bunda sayang, sembuh ya sayang, kakak melihat dia menatap kakak sambil gengamannya dipererat kakak merasakan hal yang aneh pada saat itu, kakak pegang kakinya dingin sekali tetapi dari perut ke atas hangat, kakak minta ibunya untuk menyelimutinya. setelah kakak cium dan kakak bacakan salawat dia mulai tenang, dan dokternya mengatakan "bu biarkan dia istirahat dulu". lalu kakak ke dokter yang memeriksa denyut nadi dan lainnya. kakak berbicara pada dokter tersebut "dokter gimana, saya ingin dia dirawat dan diperiksa seluruhnya agar diketahuan apa yang ia rasakan". dokter tersebut menjawab dengan tenang "ibu sabar ya kita lagi menunggu dokter anak, dia akan kita pindahkan ke ruangan khusus, untuk pemeriksaan lebih lanjut." lalu kakak bertanya lagi." sekitar jam berapa Dok?" dokter tersebut menjawab "sekitar jam 8 bu, tapi saya minta kesabaran ibu dan menyerahkan semuanya atas kehedak Tuhan, apapun yang terjadi diluar kuasa kita dan ibu harus dapat menerimanya".
Adzan Subuh telah berkumandang, memanggil para ummat Muhammad untuk bersujud, kakakpun melangkahkan kaki untuk shalat subuh mushola belakang UGD tersebut, kakak berdoa untuk kesembuhan ananda Miftah dan meminta yang terbaik pada-Nya.
setelah selesai shalat kakak berfikir apa maksud ucapan dokter tadi. tapi sudahlah yang penting kakak sekarang ada disamping anakmu, dengan doa-doa yang kakak panjatkan ke hadirat-Nya, kakak masih melihat anakmu tidur dengan tenang, pada saat itu kakak juga bertanya pada asisten dokter tersebut jam berapa dokter anak datang, tapi menurutnya sudah datang dari tadi, kakak mulai berfikir lagi kenapa belum juga dibawa ke ruang rawat, tapi sudahlah kakak fikir dokter-dokter itu juga pasti tau tindakan apa yang harus mereka lalukan.
Kakak duduk disebelah si Miftah sambil mengenggam tangannya, sedih sekali perasaan kakak saat itu. Sekitar jam setengah tujuh pagi ananda Mifta terbangun matanya melihat sekeliling dan menatap keatas dia merengek, rengekan tersebut biasa kakak dengar apabila ada yang mau mengendongnya tapi dia tidak mau. makanya pada saat itu kakak panggil Aidil, fikiran kakak dia pasti ingin digendong sama Aidil. tapi suasana saat itu tiba-tiba berubah, kakak melihat rengekannya bekurang, kakak melihat gerakan perutnya sangat cepat, kemudian naik keatas, dia seperti sesak nafas, batas kerongkongannya mulai berbunyi seperti dia mulai mengorok, kejadian cepat sekali kakak masih ingat saat itu dia sakaratul maut, setelah sampai kekerongkongan matanya menatap keatas dan suara itu terhenti seiring dengan nafasnya yang telah kembali kehadirat-Nya, airmata kakak mengalir kencang sedih sekali hati ini melihatnya, dokter memberi bantuan pacu jantung tapi semua itu tidak menolong, karena Allah lebih cinta padanya, buah hatimu yang ganteng, baik budi.
Ya kak, kalau ingat semua itu Aidil sedih, sekarang Aidil hanya bisa menatap makamnya disitu juga tertulis nama Aidil, ya Allah ternyata Engkau lebih mencintai anakku.
Aku berkata, sembari menghiburnya," ya sudahlah, tenangkan hatimu, banyaklah berdoa, dan bertaqwa, jangan pernah meninggalkan perintah-Nya, anakmu milik Allah dia bahagia disana dengan para malaikat dan bidadari-bidadari, dia akan selalu mendoakanmu, maka dari itu kuatkan imanmu, ini semua rahasia Allah, hanya Dia yang tau apa yang terbaik bagi hambanya.
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: Sesungguhnya Allah Taala mengutus seorang malaikat di dalam rahim. Malaikat itu berkata: Ya Tuhan! Masih berupa air mani. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal darah. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal daging. Manakala Allah sudah memutuskan untuk menciptakannya menjadi manusia, maka malaikat akan berkata: Ya Tuhan! Diciptakan sebagai lelaki ataukah perempuan? Sengsara ataukah bahagia? Bagaimanakah rezekinya? Dan bagaimanakah ajalnya? Semua itu sudah ditentukan dalam perut ibunya