Kadang sempat terfikir, mengapa orang bisa menaruh dendam sebegitu lama hanya karena soal becanda?.
Ketersinggungan seseorang bisa saja muncul apabila suasana hatinya sendang tidak enak atau adanya suatu masalah yang dia rasakan pada saat itu, sedangkan dia tidak dapat mengatasi masalah tersebut dengan cepat sehingga terbawa atau terpengaruh pada pribadinya. Semua itu dapat terlihat dari raut wajahnya yang mengambarkan suasana hatinya, atau kecendrungan untuk lebih berdiam diri, menahan gejolak perasaannya. Pada saat ini apapun yang orang lain katakan, mau itu dalam serius atau pun bencanda dia tidak akan dapat memberikan respon positif terhadap lawan bicaranya. Banyak kita temui hal seperti ini dimasyarakat kita, seseorang yang senang dicandai tetapi apabila temannya berbalik mencandainya dia akan tersinggung setengah mati, dalam hal ini ketersinggungan yang mendalam dapat membuat terjadinya perkelahian hingga pembunuhan yang berakibat melenyapkan nyawa seseorang. Rasa sakit hati dan dendam yang mendalam inilah yang dapat membuat seseorang tidak berfikir panjang akan sebab akibat yang ditimbulkan, dia hanya merasa puas atas apa yang telah dia lakukan, yang ia rasa dapat mengurangi rasa sakit hatinya itu.
Atau sakit hati yang berkepanjangan dalam rumah tangga yang berakibat dendam, contohnya:
Sepasang suami istri yang mengadakan liburan bersama teman-teman lingkungannya ke kawasan Puncak, di sana mereka berkumpul dan melakukan berbagai aktifitas untuk membahagiakan keluarga dan anak-anak. Semua gembira, canda ria, berbaur dalam bahagia, setelah selesai makan siang, anak-anak dibiarkan bermain sedang para ibu dan bapak berkumpul, mereka mulai mengadakan permainan yang dipimpin oleh seorang moderator, permainan ini tidak terlalu serius hanya ingin mengetahui pendapat masing-masing pasangan, mulailah sang moderator memberi pertanyaan kepada para suami “ Apabila anda ikut berlayar dalam suatu kapal, disana ikut Ibu dan Istri Anda , pada saat itu angin kencang dan ombak laut mulai meninggi, cuaca buruk menghadang, semua orang didalam kapal panik, pada saat itu apa yang anda harus lakukan bila anda diberi dua pilihan yaitu menyelamatkan Ibu anda atau Isteri Anda? Hampir semua suami menjawab “ apabila itu terjadi pada saya, saya akan bertanya pada ibu saya, ibu bagai mana ini, siapa yang harus saya selamatkan, sedang saya sayang sama kalian berdua, sebenarnya saya tidak ingin memilih tapi apa yang harus saya lakukan? Dan pasti pada saat itu Ibu saya akan menjawab “ Selamatkanlah Istrimu karena Ibu sudah tua, sudah puas menjalani hidup ini, sedangkan kamu baru melangkah, apabila kamu memilih Ibu, kasihan anak-anakmu akan kehilangan Ibu mereka, Istrimu lebih penting kamu selamatkan, berarti kamu juga akan menyelamatkan jiwa dan perasaan anak-anakmu, dia Adalah teman hidupmu, dia akan menjagamu dikala suka dan duka, dia akan menemimu diusia senjamu, pada saat kau sakit dia akan merawatmu penuh keihklasan karena kamu ayah dari anak-anakmu. Untuk itu aku akan menyelamatkan Istriku dan minta maaf pada Ibuku dan doaku selalu bersama cinta kasihnya”. tapi ”Salah satu suami ada yang memberi jawaban “Kalau saya yang pertama saya selamatkan adalah Ibu saya karena Ibu saya tidak akan tergantikan oleh orang lain sedangkan Istri kapan saja bisa diganti”.
Sebenarnya jawaban ini juga tidak buruk, karena disini dia menunjukkan betapa baktinya dia kepada Ibu yang telah melahirkannya, betapa cintanya dia terhadap ibunya. Tapi saat pertanyaan ini ada, yang menemaninya adalah istrinya yang juga ingin mengetahui berapa besar rasa sayang dan cinta suaminya serta bagaimana cara suaminya menjaga dan melindunginya apabila kejadian tersebut mereka alami, barangkali jika suaminya bisa sedikit berargumentasi atau memberi alas an tanpa menyinggung perasaan sang istri keadaan mungkin akan lebih baik. Tatapi dengan jawaban yang diberikan suami membuat Istrinya merasa tersinggung, ia merasa sedih atas jawaban suaminya, paling tidak dia ingin jawaban seperti suami-suami temannya yang lain, airmukanya merah, dia malu, paling tidak sahabatnya yang lain dapat menilai rumah tangganya tidak harmonis atau tidak ada kecocokan, dia kesal atas perlakuan suaminya, yang ia rasakan suaminya tidak memujanya atau memberikan sesuatu penilaian yang baik atas dirinya apalagi jawaban itu diberikan didepan teman-temannya, timbul rasa dendam dalam hatinya untuk membalasnya suatu saat.
Hal-hal demikian yang sering kita temui dimasyarakat kita saat ini, bercanda, dicandai yang akhirnya timbul rasa tersinggung dan saling menyinggung. Bagaimana bisa kita rasakan nikmat dan bahagia hidup ini.
Bersabda Nabi s.a.w :”Berfirman Allah Ta’ala :”Hai hambaku! Semua kamu berdosa, kecuali orang yang telah aku maafkan. Maka minta ampunlah kepadaKu, niscaya Aku ampunkan dosamu! Dan siapa yang mengetahui, bahwa Aku mempunyai kekuasaan untuk mengampunkan dosanya, niscaya Aku ampunkan baginya dan tidak aku hiraukan yang lain”
Ketersinggungan seseorang bisa saja muncul apabila suasana hatinya sendang tidak enak atau adanya suatu masalah yang dia rasakan pada saat itu, sedangkan dia tidak dapat mengatasi masalah tersebut dengan cepat sehingga terbawa atau terpengaruh pada pribadinya. Semua itu dapat terlihat dari raut wajahnya yang mengambarkan suasana hatinya, atau kecendrungan untuk lebih berdiam diri, menahan gejolak perasaannya. Pada saat ini apapun yang orang lain katakan, mau itu dalam serius atau pun bencanda dia tidak akan dapat memberikan respon positif terhadap lawan bicaranya. Banyak kita temui hal seperti ini dimasyarakat kita, seseorang yang senang dicandai tetapi apabila temannya berbalik mencandainya dia akan tersinggung setengah mati, dalam hal ini ketersinggungan yang mendalam dapat membuat terjadinya perkelahian hingga pembunuhan yang berakibat melenyapkan nyawa seseorang. Rasa sakit hati dan dendam yang mendalam inilah yang dapat membuat seseorang tidak berfikir panjang akan sebab akibat yang ditimbulkan, dia hanya merasa puas atas apa yang telah dia lakukan, yang ia rasa dapat mengurangi rasa sakit hatinya itu.
Atau sakit hati yang berkepanjangan dalam rumah tangga yang berakibat dendam, contohnya:
Sepasang suami istri yang mengadakan liburan bersama teman-teman lingkungannya ke kawasan Puncak, di sana mereka berkumpul dan melakukan berbagai aktifitas untuk membahagiakan keluarga dan anak-anak. Semua gembira, canda ria, berbaur dalam bahagia, setelah selesai makan siang, anak-anak dibiarkan bermain sedang para ibu dan bapak berkumpul, mereka mulai mengadakan permainan yang dipimpin oleh seorang moderator, permainan ini tidak terlalu serius hanya ingin mengetahui pendapat masing-masing pasangan, mulailah sang moderator memberi pertanyaan kepada para suami “ Apabila anda ikut berlayar dalam suatu kapal, disana ikut Ibu dan Istri Anda , pada saat itu angin kencang dan ombak laut mulai meninggi, cuaca buruk menghadang, semua orang didalam kapal panik, pada saat itu apa yang anda harus lakukan bila anda diberi dua pilihan yaitu menyelamatkan Ibu anda atau Isteri Anda? Hampir semua suami menjawab “ apabila itu terjadi pada saya, saya akan bertanya pada ibu saya, ibu bagai mana ini, siapa yang harus saya selamatkan, sedang saya sayang sama kalian berdua, sebenarnya saya tidak ingin memilih tapi apa yang harus saya lakukan? Dan pasti pada saat itu Ibu saya akan menjawab “ Selamatkanlah Istrimu karena Ibu sudah tua, sudah puas menjalani hidup ini, sedangkan kamu baru melangkah, apabila kamu memilih Ibu, kasihan anak-anakmu akan kehilangan Ibu mereka, Istrimu lebih penting kamu selamatkan, berarti kamu juga akan menyelamatkan jiwa dan perasaan anak-anakmu, dia Adalah teman hidupmu, dia akan menjagamu dikala suka dan duka, dia akan menemimu diusia senjamu, pada saat kau sakit dia akan merawatmu penuh keihklasan karena kamu ayah dari anak-anakmu. Untuk itu aku akan menyelamatkan Istriku dan minta maaf pada Ibuku dan doaku selalu bersama cinta kasihnya”. tapi ”Salah satu suami ada yang memberi jawaban “Kalau saya yang pertama saya selamatkan adalah Ibu saya karena Ibu saya tidak akan tergantikan oleh orang lain sedangkan Istri kapan saja bisa diganti”.
Sebenarnya jawaban ini juga tidak buruk, karena disini dia menunjukkan betapa baktinya dia kepada Ibu yang telah melahirkannya, betapa cintanya dia terhadap ibunya. Tapi saat pertanyaan ini ada, yang menemaninya adalah istrinya yang juga ingin mengetahui berapa besar rasa sayang dan cinta suaminya serta bagaimana cara suaminya menjaga dan melindunginya apabila kejadian tersebut mereka alami, barangkali jika suaminya bisa sedikit berargumentasi atau memberi alas an tanpa menyinggung perasaan sang istri keadaan mungkin akan lebih baik. Tatapi dengan jawaban yang diberikan suami membuat Istrinya merasa tersinggung, ia merasa sedih atas jawaban suaminya, paling tidak dia ingin jawaban seperti suami-suami temannya yang lain, airmukanya merah, dia malu, paling tidak sahabatnya yang lain dapat menilai rumah tangganya tidak harmonis atau tidak ada kecocokan, dia kesal atas perlakuan suaminya, yang ia rasakan suaminya tidak memujanya atau memberikan sesuatu penilaian yang baik atas dirinya apalagi jawaban itu diberikan didepan teman-temannya, timbul rasa dendam dalam hatinya untuk membalasnya suatu saat.
Hal-hal demikian yang sering kita temui dimasyarakat kita saat ini, bercanda, dicandai yang akhirnya timbul rasa tersinggung dan saling menyinggung. Bagaimana bisa kita rasakan nikmat dan bahagia hidup ini.
Bersabda Nabi s.a.w :”Berfirman Allah Ta’ala :”Hai hambaku! Semua kamu berdosa, kecuali orang yang telah aku maafkan. Maka minta ampunlah kepadaKu, niscaya Aku ampunkan dosamu! Dan siapa yang mengetahui, bahwa Aku mempunyai kekuasaan untuk mengampunkan dosanya, niscaya Aku ampunkan baginya dan tidak aku hiraukan yang lain”