"Ya Allah, Berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkan kami dari siksa Neraka"

Senin, 01 Juni 2015

Cerita di Awal Juni 2015

Hari ini aku masuk kerja dihari pertama bulan Juni, hari yang biasa disebut hari kejepit karena esok akan libur lagi memperingati hari Raya Waisak. Mulai dengan pekerjaan dimana hari-hari kemaren aku telah disibukan dengan aktivitas Team Building yang diadakan dikantorku.

dimulai dengan rutinitas harian, menyelesaikan beberapa kerjaan yang masih tertunda, sambil mendengarkan bacaan  Surat Ya-Sin dari Website The Noble Quran. Aku mulai memasukkan data  satu per satu ke system yang ada di PC-ku.

Tepat pukul Sembilan pagi, aku menerima telephon dari reception yang mengatakan ada tamu yang ingin bertemu denganku, setelah konfirmasi dengan security , tamu tersebut aku persilahkan masuk. Reception mengabarkan kembali bahwa tamu tersebut sudah menungguku di lobby atas.

Aku melangkah dari ruanganku untuk bertemu tamu tersebut. Setelah melihatnya ternyata aku mengenalnya dia adalah suami dari saudaraku, sudah lama sekali aku tidak bertemu dia dan istrinya mungkin ada sekitar lima tahunan. tapi hari ini dia datang sendiri tanpa ditemani istrinya, aku mereka-reka kedatangannya mungkin ada keperluan penting, tapi ternyata dia datang hanya untuk curhat masalah rumah tangganya. sebenarnya risih juga, tapi aku coba mendengarkannya.

Awal cerita dia mengatakan bertemu dengan Bapakku beberapa bulan yang lalu di Mesjid dekat rumah ortuku, kemudian dia mampir dan bercerita disana. Aku mendengarkan agak sedikit binggung, dan aku berkata bahwa orang tuaku tidak bercerita apa-apa kepadaku.

Aku mulai memancing pembicaraannya dengan bertanya rumah tangga kamu baik-baik sajakan?
Dia menjawab, “ya sampai saat ini masih baik-baik saja”
Dengan jawabannya seperti itu membuatku hatiku bertanya, apa maksudnya sampai saat ini? Ada apa dengan mereka?
Dia mulai bercerita, kak saat ini saya dengan istri saya ada masalah, masalah yang sudah dicoba penyelesaiannya dengan keluarga tapi tidak ada solusinya.
Aku mulai bertanya apa penyebabnya?

Dia kemudian bercerita bahwa istrinya mengatakan dia punya wanita lain, sehingga mereka selalu bertengkar, hingga masalah ini dibicarakan dihadapan keluarga besar istrinya. Dihadapan keluarga besar istrinya itu juga dia menjelaskan bahwa rasa suka kepada wanita itu adalah naluri. Setelah pembicaraan dengan keluarga besar itu diapun pergi  meninggalkan istrinya selama tiga tahun lamanya dengan alasan bekerja di luar kota.
Aku tidak mengerti apa maksud perkataannya, aku coba bertanya lagi apakah kamu menikah lagi?, tapi jawabannya ngambang dan tidak jelas. 

Aku bertanya padanya “selama kamu diluar kota apakah kalian ada komunikasi?”, jawabnya,”ada”. 
katanya dia hanya menanyakan masalah anak-anak, dan katanya lagi dia tidak pernah pulang selama itu. Tapi sekarang sudah satu tahun setengah dia ada dirumah. Berkumpul lagi bersama istri dan anak-anaknya. tapi menurutnya perasaannya sudah hampa terhadap istrinya.

Aku bertanya lagi kenapa kamu pulang setelah tiga tahun kamu meninggalkannya? Jawabnya, "karena saya sudah tidak bekerja lagi. Sekarang saya ingin dekat dengan anak-anak".

Dia mengatakan bahwa istrinya sudah minta cerai beberapa tahun yang lalu setelah kejadian itu, dengan syarat dia harus memberikan uang belanja untuknya dan anak-anaknya. tapi dia tidak menanggapinya. Dan dia tidak mau menceraikannya demi anak-anak, itu katanya, tapi mengapa dia meninggalkannya selama tiga tahun?, aneh ya...

Katannya lagi saat ini dia tidak diperdulikan oleh istrinya, dia mengurus pekerjaan rumah tangga sendiri, dia mencuci bajunya sendiri, masak sendiri, dan dia mengatakan ternyata cari duit untuk keperluan sehari-hari itu susah sekali, terkadang di menjadi tukang ojek dan apa aja yang penting kebutuhan anak-anaknya terpenuhi.

Aku berkata padanya, "cobalah kalian bicara baik-baik sebagai suami istri, karena masalah ini hanya kalian yang dapat menyelesaikannya, coba bicara dari hati kehati, perbaiki apa-apa yang salah, ajak istri kamu bicara baik-baik, sebagai suami kamu harus memperbaikinya atau jika dia tidak mau berbicara sebagai suami istri, coba bicara sebagai teman, cari solusi terbaik untuk kalian berdua dan untuk anak-anak. Kalau kalian tidak membicarakannya sampai kapanpun masalah ini tidak akan terselesaikan. jika kalian masih tidak bisa berbaikan coba ajak orang yang bisa memberi nasihat yang baik bagi rumah tangga kalian, misalnya Ustad didekat rumah atau orang bijak yang dapat dipercaya".

Saya katakana lagi, "mungkin kamu merasa apa yang kamu lakukan itu benar, dan istri kamu juga merasa apa yang dia lakukan itu benar, cobalah kalian  berbicara sebagai orang dewasa, coba ungkapkan apa-apa saja unek-unek yang ada dihati kalian, saling belajar koreksi diri, dan memperbaiki yang salah, dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, mungkin itu bisa meringankan masalah kalian berdua".

Saya katakan juga, "maaf saya sebagai perempuan mungkin sama dengan istri kamu, karena perempuan mempunyai tingkat perasaan yang paling tinggi sehingga jika ia terluka maka susah sekali untuk mengobati luka tersebut, apalagi luka karena suatu penghianatan, semuanya itu akan terekam diotak kecilnya, dan itu akan sangat menyakitkan sekali, maka dari itu solusi yang terbaik adalah perbaiki komunikasi, mungkin dia tidak mau berbicara, tapi jika tiap hari kamu mengajaknya berbicara lama-lama akan terbiasa".

Setelah aku bicara panjang lebar, dia menjawab dengan singkat; “saya sudah hambar sama dia…”.

So…….???!

Aku mau bilang apa lagi….up to you..lah….ngapain juga cerita sama orang jika tidak mau memperbaikinya.

Apa hanya ingin memberitahu bahwa apa yang dia lakukan benar?, Egois lah itu.

Ya sudahlah aku hanya bisa kasi masukan sedikit  saja, kasian anak-anaknya jika orang tuanya masih bertahan dengan ke-egoisan masing-masing, karena anak-anaknya masih kecil dan masih butuh perhatiaan kedua orang tuanya, tapi keputusan tetap ditangan mereka…


Semoga Allah menolong rumah tangga mereka ---- Amin